Mengajarkan Adab Bercanda Pada Anak
Mengajarkan Adab Bercanda Pada Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 27 Dzulhijjah 1446 H / 23 Juni 2025 M.
Kajian Tentang Mengajarkan Adab Bercanda Pada Anak
Pernahkah kita bercanda dengan putra dan putri kita? Kalau seandainya kita tidak pernah bercanda dengan putra dan putri kita, maka biasanya hubungan antara orang tua dan anak akan renggang. Bercanda itu ibarat jembatan yang menghubungkan antar generasi. Anak-anak itu generasi muda. Orang tua itu generasi tua. Antara generasi muda dan generasi tua yang berbeda masa dan berbeda zaman, itu butuh jembatan. Dan salah satu jembatan itu adalah bercanda.
Ketika orang tua bercanda dengan anaknya, maka anak itu akan merasa diterima keberadaannya. Ia akan merasa, “Oh, saya ini ada harganya.” Anak itu akan merasa bahwa ia dekat dengan orang tuanya. Kenapa? Karena ayah dan ibunya mau bercanda dengannya, mau bergurau dengannya, mau tertawa bersamanya.
Orang tua, ketika ia sudah bisa bercanda dengan anaknya, maka ia akan lebih mudah untuk menyampaikan nasihat, menyampaikan arahan, pesan-pesan, dan nilai-nilai kebaikan dengan cara yang ringan namun mengena.Nasihat itu tidak mesti disampaikan dengan wajah yang mengerikan, tidak harus dengan suasana yang serius. Justru di dalam keakraban dan dalam canda, kita bisa menyelipkan dan menyisipkan nasihat. Bukan berarti tidak boleh menyampaikan nasihat dengan serius. Akan tetapi, ketika orang tua sudah memiliki hubungan yang dekat dengan anaknya, maka nasihat itu akan tersampaikan dengan cara yang ringan, sehingga anak pun merasa nyaman ketika menerima nasihat tersebut.
Tapi walaupun kita ini dianjurkan untuk bercanda, terutama dengan anak-anak kita, bercanda itu ada adabnya.Makanya, penting bagi orang tua untuk tidak sekadar pandai menciptakan suasana ceria, tapi juga memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan kepada anak bahwa bercanda itu ada adabnya. Yang kita inginkan adalah bercanda yang sehat, bukan bercanda yang menyakiti, bukan bercanda yang menyinggung perasaan, bukan bercanda yang mengandung unsur olok-olokan, dan bukan pula bercanda yang melampaui batas
Makanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam kehidupannya, juga pernah bercanda. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bercanda dengan para sahabat, putrinya dan istrinya. Rasulullah pernah bersabda:
مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَلْعَنُهُ حَتَّى يَدَعَهَا، وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لأَبِيهِ وَأُمِّهِ
“Barangsiapa mengarahkan senjata (atau benda tajam) kepada saudaranya, maka malaikat akan melaknatnya hingga ia meletakkannya, walaupun ia adalah saudaranya seayah dan seibu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Larangan itu termasuk kepada benda-benda lainnya seperti pisau, pedang, cangkul, senjata tajam semuanya termasuk. Ketika seseorang bercanda dengan mengacungkan senjata maka ini tidak boleh. Karena di dalam aliran darah kita ini ada setan.
Maka Islam itu agama yang sangat antisipatif. Mencegah munculnya hal-hal yang membahayakan, mencegah terjadinya hal-hal yang bisa merugikan. Salah satunya adalah perkara ini, sekalipun hanya bercanda dengan mengacungkan besi kepada orang lain. Tiba-tiba orang itu kesurupan, kemasukan setan, lalu candaan itu berubah menjadi serius. Hal tersebut Sangatlah mungkin. Maka bercanda dalam islam itu ada batasannya dan ada adabnya.
Dikisahkan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bepergian bersama beliau dalam sebuah perjalanan. Di tengah jalan sebagaimana biasanya dalam perjalanan ada yang mengantuk bahkan sampai tertidur.
Salah seorang sahabat ketiduran dalam perjalanan itu. Teman-temannya yang lain melihatnya tertidur, lalu iseng. Anak panah milik sahabat yang tertidur itu diambil dan disembunyikan.
Ketika orang itu bangun dan menyadari bahwa anak panahnya hilang, ia terkejut karena anak panah miliknya hilang. Melihat reaksinya, para sahabat yang lain tertawa serentak.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bertanya: “Apa yang membuat kalian tertawa?”
Para sahabat menjawab: “Wahai Rasul, tidak ada apa-apa, hanya saja tadi kami bercanda mengambil anak panah ini. Lalu dia bangun dan ketakutan.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang Muslim menakut-nakuti Muslim yang lain.” (HR. Ahmad; dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersikap tegas dalam melarang candaan-candaan atau gurauan-gurauan yang dapat meresahkan orang lain, atau yang dapat mengganggu perasaan orang lain, apa pun bentuknya. Termasuk bercanda yang terlarang adalah: menyembunyikan ponsel seseorang, membangun dengan cara mengagetkan kepada seseorang sedang tidur dan yang semisal. Di zaman sekarang ini banyak sekali model bercanda yang berlebihan, maka hal ini tidak diperbolehkan karena bercanda itu ada adabnya.
Hal-hal seperti ini harus dicegah dari kebiasaan keseharian kita. Ini pun harus kita tanamkan dalam diri putra dan putri kita. Kita juga demikian, ketika bercanda dengan anak, jangan sampai candaan kita justru menyakiti hati mereka. Jadi, agama kita adalah agama yang mengajarkan bercanda, tapi bercanda yang sehat, bercanda yang elegan, dan bercanda yang tidak menyakiti perasaan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian “Mengajarkan Adab Bercanda Pada Anak” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55263-mengajarkan-adab-bercanda-pada-anak/